Tuesday, July 12, 2005

IFS Series#1:"Learning, Earning, Giving"

Iwan F.Salim


Email: Iwanfuadsalim@yahoo.com

(artikel ini dimuat di Republika Minggu, 14 Agustus 2005)


Seorang bekas atasan saya baru-baru ini mengambil keputusan yang mengejutkan. Setelah bekerja selama 25 tahun di perusahaan yang sama akhirnya ia mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Posisi nya terakhir adalah sebagai Vice President. Saya pribadi cukup dekat dengannya, karena ketika saya masuk ke perusahaan ini, ia adalah atasan saya yang pertama. Biarpun kami berbeda nationality dan latar belakang pendidikan, namun saya merasa dia adalah salah satu atasan saya yang merupakan manager , leader dan mentor yang baik.

Setelah saya berhasil mengatasi rasa keterkejutan saya, saya telefon dia dan saya tanya mengapa dia akhirnya resign. Kepada saya ia mengatakan bahwa ia telah mencapai tujuan hidupnya yang ia inginkan. Selain itu, perusahaan tidak lagi dapat memberikan pekerjaan yang menurutnya memberikan tantangan yang cukup. Saya terkesan sekali dengan bagaimana ia membagi perjalanan hidupnya selama 50 tahun menjadi tiga 'fase'.

  1. Learning : Fase pertama ini adalah fase ketika ia berumur 25 tahunan. Seperti namanya, maka fase ini adalah fase dimana ia belajar dari bangku sekolah dasar sampai di bangku perguruan tinggi. Mantan atasan saya ini pada usia 25 tahun sudah berhasil meraih gelar Doktor di bidang kimia. Tetapi di masa learning, ia tidak hanya belajar hard skills tapi juga soft skills. Di masa-masa ini , ia belajar pengetahuan dan keterampilan dalam berorganisasi, memahami pendapat orang lain, dan skills lain yang akan diperlukannya kelak, baik di dunia pekerjaan maupun di dunia sosial. Di masa-masa ini sedikit sekali pendapatan moneter yang diperolehnya. Ia mengeluarkan uang yang besar untuk mendapat pendidikan yang terbaik yang dapat diperolehnya.
  2. Earning: Setelah lewat dengan fase pembelajaran, maka fase berikutnya adalah fase memperoleh pendapatan. Biasanya fase ini mulai dari umur 25 tahun hingga umur 50 tahun. Fase ini merupakan fase terpanjang dari kehidupan seseorang. Fase ini sama dengan masa kerja seorang usia produktif. Dalam masa earning ini ia mulai berpacaran, menikah, memiliki anak dan mengumpulkan aset. Ia berhasil mendapatkan beberapa pekerjaan di luar negeri yang berarti remunerasi yang didapatkan jauh lebih baik dibanding jika ia bekerja di dalam negeri. Dari tabungan yang dikumpulkannya, ia mulai membeli aset-aset produktif seperti instrumen keuangan dan properti. Ia membeli flat (apartment) kecil di kotanya dan disewakannya. Ia juga memiliki beberapa properti lain seperti rumah. Semua properti ini menghasilkan pendapatan karena ia berada di luar negeri selama kurang lebih 15 tahun. Jika anda menggunakan strategi yang baik dan anda jeli melihat peluang pasar, maka anda dapat mencapai financial freedom antara usia 25 hingga 5o tahun.
  3. Giving : Setelah usia 50 tahun, ia sudah tidak mempunyai tanggungan yang banyak lagi. Anak-anaknya sudah berumur 20-25 tahun. Mereka sudah menikmati tabungan pendidikan yang ia isikan tiap bulan ketika ia berada dalam fase Earning di atas. Untuk dirinya dan pasangannya, ia sedang menikmati tabungan 'hari tua' dari hasil sewa propertinya dan hasil reksadana saham yang dibelinya 25 tahun yang lalu. Dari perusahaannya, ia juga tinggal menikmati dana pensiun yang jumlahnya cukup untuk anda menikmati hari tua misalnya dengan berjalan-jalan keliling dunia bersama pasangannya. Tapi apa ia hanya menikmati hidup saja ? Dalam fase ini, Ia telah mencapai financial freedom dan karena itu ia merasa sudah 'cukup' untuk bekerja. Tujuan hidupnya telah tercapai. Karena itu ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda. Ia memutuskan untuk resign dan menjadi freelance instructor untuk leadership courses dan juga menjadi professional mountaineer di kota kelahirannya di Skotlandia. Seperti yang ia katakan pada saya, "Saya ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat. Saya ingin menshare pengetahuan yang saya peroleh selama ini untuk memajukan masyarakat sekitar saya".

Saya salut atas wisdom dan integrity dari bekas atasan saya ini. Tapi saya paling salut atas pola pikirnya yang masih sempat ingin membaktikan dirinya pada komunitas masyarakat tempat ia berada. Hari-hari nya saat ini ia habiskan dengan memberikan pelatihan kepemimpinan Boy Scouts (semacam pramuka). Selama satu bulan ia habiskan dengan belajar menjadi pendaki gunung professional, jadi ia bisa menikmati indahnya alam di hari tua nya.

Mudah-mudahan ada yang bisa kita tiru dari cerita di atas. Di tengah kesibukan kita sehari-hari bekerja, kita masih sempat membuat rencana untuk membahagiakan tidak hanya keluarga , tapi juga komunitas masyarakat tempat kita tinggal.

Semoga.

Penulis adalah seorang profesional pada sebuah perusahaan minyak multinasional dan pernah bekerja di luar negeri pada beberapa negara Alumni FEUI ini kini menempuh pendidikan pascasarjana di fakultas yang sama.

All Rights Reserved. Copyrights(c) 2005.

No comments: