Tuesday, August 30, 2005

Quote of the Week: President Clinton


One of life’s greatest curse is the answered prayer

Wednesday, August 17, 2005

To Zaky

We wish to the new child
A heart that can be beguiled
By a flower

That the wind lifts
As it passes.

If the storms break for him
May the trees shake for him
Their blossoms down.

In the night that he is troubled
May a friend wake for him
So that his time may be doubled,

And at the end of all loving and love,
May the Man above
Give him a crown.

Irish Poem.

Monday, August 15, 2005

Quote of the Week: William Shakespeare

"When he shall die take him and cut him out into stars and he shall make the face of heaven so fine that all the world will be in love with night and pay no worship to the garish sun." Romeo and Juliet.

Personal Note from Iwan Salim

Salah satu artikel saya dimuat di harian Republika edisi minggu, 14 Agustus 2005. Artikel yang dimuat adalah "Learning, Earning, Giving" dan artikel ini dimuat di rubrik Vacancy. Artikel yang sama pertama kali terbit di blog ini pada tanggal 12 Juli 2005.
Terima kasih kepada mas Bambang Danardono sebagai pengelola rubrik Vacancy ini yang telah mengirimkan artikel saya ke Republika.
Salam,
Iwan.

Tuesday, August 09, 2005

Quote of the Week:Aeschylus

He who learns must suffer. And in our sleep, pain which cannot forget falls drop by drop upon the heart until, in our own despair, against our will, comes wisdom through the awful grace of God. Aeschylus

IFS Series#2 "The Balloon Theory"

"Your career is like a baloon. You have to make sure that there are more forces to keep it Up than forces to keep it Down."


Iwan F.Salim


Diterbitkan di Harian Republika Minggu , 28 Agustus 2005

Suatu hari saya dan kolega saya sedang makan siang di sebuah cafe di London. Kami sedang berbincang-bincang mengenai karir kami berdua. Kami berusia awal 30an, dia orang Inggris, saya tentunya orang Indonesia. Dia sedikit lebih muda dari saya, namun secara pangkat, dia lebih tinggi satu tingkat dibanding saya.

Karena saya kenal kolega saya ini, sebut saja namanya Tom, dengan baik maka saya tidak segan-segan bertanya apa kira-kira yang membuat dia lebih sukses dibanding saya.

Apa jawabnya ? Menurutnya, karir seseorang harus dianggap seperti balon. Di dalam balon ada gas yang mengakibatkannya melayang-melayang di udara. Jika balon tersebut bocor, maka gas akan keluar dan akibatnya balon tersebut akan kempes dan balon tersebut akan jatuh ke tanah.

Saya tertawa mendengar jawabannya. Lo bagaimana ini Tom, saya bertanya dengan serius kok dijawab dengan 'teori balon'. Dia tertawa dan langsung menjelaskan teorinya ini. Setelah berbincang-bincang lebih lanjut akhirnya saya paham bahwa ada benarnya Tom dan teori balon nya ini.


Setiap perusahaan memiliki budaya yang berbeda. Karir seseorang dalam perusahaan tergantung tentunya dari hal-hal seperti kemampuan diri, tingkat persaingan, besar atau kecilnya perusahaan dan 'visibility'. Lalu dimana posisi balloon theory yang diajukan oleh Tom ? Jawabnya ialah antara kemampuan diri dan visibility. Mari kita lihat apa yang dimaksud Tom dengan hal ini.


Karir kita tentu ditentukan antara lain oleh kemampuan diri kita, oleh kompetensi kita dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan. Semakin baik kita dalam melakukan tugas, semakin besar kemungkinan perusahaan akan semakin mempercaya kita dan memberikan promosi untuk melakukan tugas-tugas yang semakin senior.


Disamping itu, ada faktor 'visibility', khususnya faktor 'dikenal' oleh top management.


Lalu apa hubungannya dengan teori balon tadi? Hampir semua top management di semua perusahaan memiliki kekuasaan yang cukup kuat untuk menentukan posisi-posisi di bawah mereka. Tentu normal jika mereka akan menempatkan orang-orang yang mereka kenal, atau yang sudah visible di mata mereka. Jadi anda harus selalu memastikan bahwa top management memiliki kesan yang baik tentang anda di mata mereka. Bagaimana menimbulkan kesan yang baik ?


"Don't piss off too many senior management too often"


Kadang-kadang kita sering tidak setuju dengan keinginan atau keputusan dari top management. Menurut Tom, kalau sekali-sekali kita menyatakan ketidak setujuan kita dengan vokal, tidak apa-apa. Tapi jangan terlalu sering menjadi vokalis, dengan kata lain jangan terlalu sering 'cari masalah' dengan top management.


Seorang kolega saya punya pengalaman pribadi mengenai hal ini. Suatu waktu dalam perjalanan karirnya, ia 'dipaksa' pindah dari pekerjaan yang sangat ia senangi ke pekerjaan yang tidak ia sukai sama sekali. 'Paksaan' ini datang dari seorang Vice President yang bertanggung jawab untuk Asia Pasifik, jadi bukan dari orang sembarangan. Mula-mula ia menolak untuk pindah, dan ia mengatakan hal ini kepada sang Vice President tadi. Kolega saya mengira bahwa sang VP tadi akan mengiyakan keputusan ini. Karena itu ia menjadi sangat terkejut ketika VP itu memintanya untuk mempertimbangkan keputusannya itu. Setelah berkonsultasi dengan atasannya saat itu, maka kolega saya akhirnya menerima tawaran untuk pindah bekerja. Ketika saya tanya kepadanya kenapa akhirnya ia mau, jawabannya adalah bahwa ia merasa jika ia terlalu sering menolak, maka sang VP akan memiliki kesan yang buruk dan mungkin dimasa depan tidak akan memberikan rekomendasi atau referensi yang baik. Padahal kolega saya ini masih ingin berkarir dan ia tahu bahwa sang VP Asia Pasifik ini merupakan salah satu top management yang sering diminta pendapat untuk penempatan posisi-posisi penting.



Kini kolega saya sedang mempersiapkan langkah-langkah untuk posisi berikutnya dan for sure ia akan minta rekomendasi dari VP Asia Pasifik tadi. Mudah-mudahan dengan prestasinya selama ini dan good visibility yang ia miliki, rekomendasi tersebut (forces to keep it Up) akan jauh lebih besar dibanding hal-hal lain (forces to keep it Down).

Mudah-mudahan bermanfaat.


Iwan F. Salim adalah seorang professional pada sebuah perusahaan minyak multinasional. Ia pernah bekerja beberapa kali di luar negeri pada beberapa negara. Alumni FEUI ini kini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di fakultas yang sama.



All rights reserved (c) 2005

Saturday, August 06, 2005

Management Series#1 "Company Restructuring"

Oleh Iwan F. Salim
(email to
iwanfuadsalim@yahoo.com)


(Dimuat di Republika, Minggu 21 Agustus 2005)



Kalau anda adalah seorang professional yang sudah bekerja selama beberapa lama pasti anda familiar sekali dengan terminologi di atas. Hampir setiap beberapa tahun , semua perusahaan dikatakan sedang mengalami ‘restrukturisasi’. Beberapa perusahaan menggunakan kata-kata 'strategic review' atau terminologi-terminologi lainnya yang tidak begitu jauh berbeda.

Seorang kolega saya berkeluh kesah bahwa ia dijadikan korban office politics. Tempatnya bekerja beranggapan bahwa aspirasi perusahaan yang semakin tinggi mengakibatkan bahwa perusahaan memerlukan lebih banyak staff baru. Staff lama dikatakan kurang cocok dengan aspirasi perusahaan sehingga perusahaan harus merekrut staff lain yang dianggap lebih 'cocok'. Oleh perusahaannya, kolega saya ini tidak dipecat, tetapi di reposisikan , masih dalam departemen yang sama, namun diberikan tanggung jawab yang berbeda dan otomatis job title yang berbeda pula. Enak bukan ? Tidak juga ....

Kolega saya ini rupanya tetap merasa disingkirkan, karena di pekerjaan yang baru, ia merasa tidak memiliki pekerjaan yang penting , tidak seperti pekerjaan nya yang sebelumnya. Ia juga merasa bahwa penggantinya tidak kompeten untuk melakukan pekerjaan yang sebelumnya ia pegang. Ia juga masih kesal dengan cara penggantian dirinya, dimana presiden direktur sudah mengumumkan penggantian dirinya, padahal ketika itu ia belum mendapat pekerjaan yang baru. Intinya ia merasa bahwa perusahaan tidak memperlakukan dirinya secara fair.

Apa kira-kira yang perlu anda lakukan agar selalu survive dalam setiap company restructuring ? Berikut beberapa tips-tips praktis yang mungkin dapat digunakan.

1. Bangun jejaring (network) atasan, kolega, bawahan: Berapa jumlah orang di kantor anda yang dapat anda angggap sebagai Teman ? Dari jumlah tersebut, berapa orang yang merupakan atasan /bekas atasan anda? berapa orang yang merupakan kolega ? berapa orang yang merupakan bawahan/bekas bawahan anda ? Network adalah sarana yang sangat powerful untuk memperoleh sumber informasi. Anda harus bisa memperoleh berbagai informasi termasuk informasi mengenai restrukturisasi perusahaan. Yang lebih baik adalah anda orang pertama yang mengetahui bahwa perusahaan akan melakukan restrukturisasi sehingga anda memiliki advantage dibandingkan dengan orang lain. Yang paling penting tentunya bahwa anda lebih dulu mengetahui bahwa anda akan diganti , dan bukan orang lain yang memberitahukan kepada anda.

2. Adakan review secara reguler, apakah anda telah memenuhi performance contract : Di perusahaan tempat saya bekerja , setiap awal tahun, seluruh staff menandatangani 'performance contract' yaitu sehelai kertas yang berisi apa yang akan diberikan kepada perusahaan untuk tahun bersangkutan. Misalnya untuk staff di bagian penjualan maka yang tertera di performance contract nya adalah target penjualan, baik volume maupun margin. Tentu staff di bagian non penjualan memiliki indikator yang berbeda. Biasanya, dalam restrukturisasi, 'korban' pertama adalah orang-orang yang dianggap tidak memenuhi performance contractnya. Karena itu , sebelum ditegur oleh perusahaan, lebih baik anda sendiri yang melakukan review secara dini dan mengambil tindakan-tindakan korektif, sehingga anda tidak dimasukkan dalam golongan 'non performing staff'.

3. Monitor kondisi perusahaan, perhatikan jika ada tanda-tanda klasik Restrukturisasi : masing-masing perusahaan memiliki budayanya sendiri. Di beberapa perusahaan , jika 'tiba-tiba' muncul segerombolan konsultan manajemen, ini merupakan tanda pasti bahwa manajemen puncak sedang dalam proses melakukan restrukturisasi. Para konsultan disewa sebagai pihak yang independen untuk melakukan analisa, merumuskan permasalahan, memikirkan alternatif solusi , mensosialisasikan solusi tersebut dan membuat rekomendasi final kepada perusahaan.

Mudah-mudahan hal-hal di atas dapat membantu kita semua untuk lebih mengetahui apakah akan terjadi restrukturisasi dan apakah kita termasuk 'korban' atau sebaliknya.


Iwan F. Salim adalah professional pada sebuah perusahaan minyak multinasional yang pernah beberapa kali bekerja di luar negeri di beberapa negara. Alumni FEUI ini kini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di fakultas yang sama.

All Rights Reserved. Copyrights (c) 2005.