Sunday, March 11, 2007

Mentoring

by : Iwan Fuad Salim (email to : iwanfuadsalim@gmail.com)

Baru-baru seorang rekan saya dengan nada bersemangat menelefon saya. Setelah sedikit chit chat ia bercerita bahwa perusahaan akan menunjuk seorang mentor resmi yang akan menjadi tempat saya dapat mengasah leadership skills saya. Tentu saya berterima kasih dan merasa senang atas perhatian yang telah diberikan oleh perusahaan. Minggu lalu, untuk pertama kalinya, saya bertemu untuk mentoring session dengan mentor saya tadi.

Sebenarnya saya mengenal mentor saya dengan baik. Malah saya yang meminta rekan saya untuk melakukan pendekatan terhadap senior saya ini, dan untuk menanyakan apakah ia bersedia menjadi mentor saya. Pertama kali saya bertemu dengan mentor saya ini- sebut saja Mr. Lee- adalah lima tahun yang lalu di dalam pesawat KLM ketika saya dalam perjalanan pulang dari Amsterdam ke Jakarta untuk sebuah presentasi kepada senior management.

Saya sangat terkesan dengan humbleness dan pleasantness dari Mr. Lee terhadap saya yang jika dibandingkan dari segi kepangkatan notabene perbedaannya antara Jenderal bintang dua dan seorang Letnan Satu. Ia adalah CEO salah satu anak perusahaan tempat saya bekerja dan sekaligus seorang regional Vice PresidenSejak kami pertama kali bertemu saya selalu keep in touch dengan Mr. Lee sampai sampai ia akhirnya menarik saya untuk bekerja pada dirinya (lihat entry saya mengenai The Balloon Theory).

Anyway akhirnya kami bertemu kembali minggu lalu. Rencana saya adalah saya akan menshare setiap mentoring session saya dengan anda semua, mudah2xan akan ada manfaatnya. Walaupun mungkin anda bekerja pada industry yang berbeda dengan saya, rasanya masalah masalah manajerial yang saya hadapi sehari hari tidak akan jauh berbeda dengan yang anda hadapi.

Menarik sekali bahwa dalam sesi mentoring pertama kami, Mr. Lee mengakui bahwa dari beberapa orang yang ia mentorkan, ada yang 'berhasil' tetapi ada juga yang 'kurang berhasil'. Kesuksesan sebuah hubungan antara mentor dan 'mentee', bergantung atas beberapa hal, antara lain harapan kedua belah pihak dan tingkat kepercayaan yang ada antara mentor dan mentee. Mr. Lee mengatakan bahwa saya tidak boleh berharap bahwa Mr. Lee adalah orang yang akan selalu dapat memecahkan semua permasalahan yang saya hadapi. Saya katakan padanya bahwa harapan saya adalah bahwa ia dapat membagi pengalaman nya kepada saya dengan cara memberikan kerangka kerangka pemikiran alternatif; mengenalkan saya kepada senior management lain dan membantu saya untuk lebih cepat menapak tangga karir dalam perusahaan. Ternyata ia cukup lega dengan harapan harapan saya dan bersedia untuk membantu saya dalam mencapai ketiga hal diatas. Mr. Lee meminta saya untuk selalu berhasil karena pada akhirnya , katanya kepada saya, ".... Your success is My success.... ".

Setelah menyetujui ground rules diatas, kami juga menyetujui ground rules yang lain. Karena saya based di Jakarta, sementara ia based di Singapura, kami setuju untuk selalu memberitahu satu sama lain mengenai travelling schedule masing-masing. Jika saya sedang bekerja di Singapura, saya harus memberitahu sekretarisnya dan kami akan berusaha untuk bertemu, baik di kantor maupun di suasana suasana informal seperti makan malam atau lunch. Untuk bulan bulan pertama, kami berjanji untuk bertemu sesering mungkin dengan face to face. Seiring dengan perjalanan waktu, jika kami sudah menemukan 'irama' mentoring kami, mungkin frekuensi pertemuan akan dikurangi atau kami akan lebih banyak melakukan mentoring session melalui teleconference.

Saya diminta untuk menentukan topik yang akan dibahas, dan setelah berpikir selama satu minggu, akhirnya saya mengajukan tiga topik :
1)Career Paths: Generalist atau Specialist
2)Managing Work Life Balance as we go up the career ladder
3) Challenges in multihats roles at senior management level

Dalam minggu-minggu mendatang saya akan share dengan anda mengenai sesi-sesi mentoring saya dengan Mr. Lee