Tuesday, August 09, 2005

IFS Series#2 "The Balloon Theory"

"Your career is like a baloon. You have to make sure that there are more forces to keep it Up than forces to keep it Down."


Iwan F.Salim


Diterbitkan di Harian Republika Minggu , 28 Agustus 2005

Suatu hari saya dan kolega saya sedang makan siang di sebuah cafe di London. Kami sedang berbincang-bincang mengenai karir kami berdua. Kami berusia awal 30an, dia orang Inggris, saya tentunya orang Indonesia. Dia sedikit lebih muda dari saya, namun secara pangkat, dia lebih tinggi satu tingkat dibanding saya.

Karena saya kenal kolega saya ini, sebut saja namanya Tom, dengan baik maka saya tidak segan-segan bertanya apa kira-kira yang membuat dia lebih sukses dibanding saya.

Apa jawabnya ? Menurutnya, karir seseorang harus dianggap seperti balon. Di dalam balon ada gas yang mengakibatkannya melayang-melayang di udara. Jika balon tersebut bocor, maka gas akan keluar dan akibatnya balon tersebut akan kempes dan balon tersebut akan jatuh ke tanah.

Saya tertawa mendengar jawabannya. Lo bagaimana ini Tom, saya bertanya dengan serius kok dijawab dengan 'teori balon'. Dia tertawa dan langsung menjelaskan teorinya ini. Setelah berbincang-bincang lebih lanjut akhirnya saya paham bahwa ada benarnya Tom dan teori balon nya ini.


Setiap perusahaan memiliki budaya yang berbeda. Karir seseorang dalam perusahaan tergantung tentunya dari hal-hal seperti kemampuan diri, tingkat persaingan, besar atau kecilnya perusahaan dan 'visibility'. Lalu dimana posisi balloon theory yang diajukan oleh Tom ? Jawabnya ialah antara kemampuan diri dan visibility. Mari kita lihat apa yang dimaksud Tom dengan hal ini.


Karir kita tentu ditentukan antara lain oleh kemampuan diri kita, oleh kompetensi kita dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan. Semakin baik kita dalam melakukan tugas, semakin besar kemungkinan perusahaan akan semakin mempercaya kita dan memberikan promosi untuk melakukan tugas-tugas yang semakin senior.


Disamping itu, ada faktor 'visibility', khususnya faktor 'dikenal' oleh top management.


Lalu apa hubungannya dengan teori balon tadi? Hampir semua top management di semua perusahaan memiliki kekuasaan yang cukup kuat untuk menentukan posisi-posisi di bawah mereka. Tentu normal jika mereka akan menempatkan orang-orang yang mereka kenal, atau yang sudah visible di mata mereka. Jadi anda harus selalu memastikan bahwa top management memiliki kesan yang baik tentang anda di mata mereka. Bagaimana menimbulkan kesan yang baik ?


"Don't piss off too many senior management too often"


Kadang-kadang kita sering tidak setuju dengan keinginan atau keputusan dari top management. Menurut Tom, kalau sekali-sekali kita menyatakan ketidak setujuan kita dengan vokal, tidak apa-apa. Tapi jangan terlalu sering menjadi vokalis, dengan kata lain jangan terlalu sering 'cari masalah' dengan top management.


Seorang kolega saya punya pengalaman pribadi mengenai hal ini. Suatu waktu dalam perjalanan karirnya, ia 'dipaksa' pindah dari pekerjaan yang sangat ia senangi ke pekerjaan yang tidak ia sukai sama sekali. 'Paksaan' ini datang dari seorang Vice President yang bertanggung jawab untuk Asia Pasifik, jadi bukan dari orang sembarangan. Mula-mula ia menolak untuk pindah, dan ia mengatakan hal ini kepada sang Vice President tadi. Kolega saya mengira bahwa sang VP tadi akan mengiyakan keputusan ini. Karena itu ia menjadi sangat terkejut ketika VP itu memintanya untuk mempertimbangkan keputusannya itu. Setelah berkonsultasi dengan atasannya saat itu, maka kolega saya akhirnya menerima tawaran untuk pindah bekerja. Ketika saya tanya kepadanya kenapa akhirnya ia mau, jawabannya adalah bahwa ia merasa jika ia terlalu sering menolak, maka sang VP akan memiliki kesan yang buruk dan mungkin dimasa depan tidak akan memberikan rekomendasi atau referensi yang baik. Padahal kolega saya ini masih ingin berkarir dan ia tahu bahwa sang VP Asia Pasifik ini merupakan salah satu top management yang sering diminta pendapat untuk penempatan posisi-posisi penting.



Kini kolega saya sedang mempersiapkan langkah-langkah untuk posisi berikutnya dan for sure ia akan minta rekomendasi dari VP Asia Pasifik tadi. Mudah-mudahan dengan prestasinya selama ini dan good visibility yang ia miliki, rekomendasi tersebut (forces to keep it Up) akan jauh lebih besar dibanding hal-hal lain (forces to keep it Down).

Mudah-mudahan bermanfaat.


Iwan F. Salim adalah seorang professional pada sebuah perusahaan minyak multinasional. Ia pernah bekerja beberapa kali di luar negeri pada beberapa negara. Alumni FEUI ini kini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di fakultas yang sama.



All rights reserved (c) 2005

No comments: